Sabtu, 04 Desember 2010

Puisiku Yang Tertunda II



Pembukuan Diri

Pikiranku menyatu dengan alam
Kala malam..
Gelap kelam..
Penuh nuansa suram
Memeriksa diri hati diselam
Kesalahan hendaklah disulam
Amboi banyaknya seperti minyak nilam
Tak sanggup ku hitung hingga tertidur diatas tilam..
====================================================





Berharap Si Buah Hati


Berharap anak tak kunjung beranak
Jangan sedih jangan berputus asa
Bisa saja dirimu belum masanya
Masa menjadi ayah
Masa menjadi ibu
Tak lah lebih pintar manusia dari penciptanya
Lebih baik mengukur diri
Sudah layakkah diri agar anak diberi?
Karena kau tak pernah tahu apa yang akan terjadi
Berpasrah diri..
Karena semua berasal dari illahi
==================================================


Aku Dan Dirimu Ternyata Sama


Aku terbalut kebodohan dan kesederhanaan
Dirimu bergelimang segala kepintaran dan kekayaan
Aku selalu kau tertawakan
Dirimu selalu mendapat sanjungan
Ah betapa aku merasa sangat malang..
Bagaimana mungkin tinggi menjulang coba kudaki
Dibalut kesedihan muncul kesenangan
Ya aku senang, sangat senang
Karena akhirnya ku sadari kita tak jauh berbeda
Kemana-mana selalu membawa kotoran !
===================================================


Maaf Bila ku Acuh


Maaf bila ku acuh
Bukan buta tapi bisa melihat
Aku menatap, pikiran ku tidak menetap
Raga tinggal dihadapan mu
Ruh ku telah melanglang buana entah kemana
Terpana...
Kau melihat ku
Seolah ku bagai seonggok daging hidup yang berjalan
Maaf bila ku acuh
Karena aku sedang dalam buaian
Memuji kekuasaan Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar