Sabtu, 04 Desember 2010

Puisiku Yang Tertunda I


Instropeksi Diri


Aku banyaklah kesalahan
Bukan diri yang suci
Selalu bergelimang dalam lautan dosa

Keinginan untuk kembali selalu ada
Awal tak memikirkan
Pada akhir baru disesalkan

Takut bila ku membandingkan
Aku lebih rendah dari seekor binatang
Padahal aku seharusnya lebih mulia daripadanya

Tak lelah ku dalam setiap waktu
Mencampur kejahatan dan kebaikan
Seolah bagiku semua telah menyatu



Aku ingin kembali ke jati diriku yang telah lama hilang
Yang selalu sujud dalam setiap nafas ditarikkan
Yang selalu ingat akan kebesaran Tuhan

Berharap saat itu akan segera kembali
Sebelum diriku menemui mati
Agar tak ada sesal diri..


Jangan Pernah Putus Dari Harapan





Pernah terpikir kenapa diri seakan tak berarti?
Jangan membodohi diri sendiri
Itu hanyalah sebuah imajinasi

Aku lemah tak berdaya
Dunia dan seluruh isinya seakan tertawa
Memandang rendah diriku tanpa makna

Tuhan aku tahu Engkau mendengarkan
Berilah jawaban dari setiap jeritan
Pilu dan lemah dalam menghadapi keadaan

Didepan ku, disampingku, dibelakangku
Masalah datang seakan tanpa pintu
Menerjang dan menjatuhkanku dalam keputusasaan semu

Haruskah aku menghentikan detak jantungku?
Menghentikan aliran darah dinadiku?
Menghentikan nafas diparu-paruku?

Dalam kelam dan gelap aku menemukan harapan
Aku sadari aku tidaklah sendiri disetiap keheningan
Karena Pencipta ku selalu memenuhi apa yang kubutuhkan

Kesabaran dan kerendahan
Membawaku kepada kenyataan
Kalau hidup hanya untuk pengabdian..



Balada Otak dan Hati




Mau mengasah agar tajam lidah
Usah bertarung cukup bersilat
Si otak dan si hati pun saling berbagi
Otak : "Kenapalah kau selalu mengalah kepadaku?"
Hati : "Karena aku sumber kejujuran dan kau sumber kebohongan"
Otak : "Bagaimana kau bisa berkata demikian? Mengatakan kalau aku sumber kebohongan"
Hati : "Karena kau selalu digunakan untuk mencari alasan, sedangkan aku selalu memberi peringatan namun tak pernah dihiraukan"
Otak : "Apa hanya karena alasan? Peringatan apa yang kau berikan dan kenapa tak pernah dihiraukan?"
Hati : "Tidak !! Banyak hal lain yang kau lakukan, seperti merencanakan kejahatan. Peringatan untuk tidak mengikuti mu, namun mereka hiraukan karena menganggap kamu layak memberi masukan"
Otak : "Bukankah kejahatan karena ada niat? Dan niat itu berasal darimu? Wajar mereka mengikutiku, karena aku sudah memperhitungkan baik buruknya"
Hati : "Niat memang dariku, tapi aku tak pernah memaksakannya untuk dilaksanakan. Karena kau lah mereka jadi melaksanakannya"
Otak : "Mengapa bisa begitu?"
Hati : "Karena kau memberi mereka gambaran, kesenangan, impian, dan khayalan"
Otak : "Bukankah itu baik bagi mereka"
Hati : "Baik jika mereka mau berusaha dan tidak menurutimu dalam mencari jalan pintas dalam mendapatkan sesuatu"
Otak : "Jadi kau hendak mengatakan kalau aku sumber kesalahan?"
Hati : "Ya !! Kau sumber semua kesalahan"
Otak : "Jika memang begitu seharusnya ungkapan 'jika segumpal darah itu baik, maka baiklah yang lainnya dan jika segumpal darah itu buruk, maka buruklah yang lainnya' pantas ku sandang, karena diriku semua jadi korban"
Hati : "Tidak bisa, karena segumpal darah itu aku"
Otak : "Wajarlah jika sombong, iri, dengki, hasud, khianat ada pada dirimu. Dan kesalahanku akibat dirimu"
Hati : "Sudah jangan kau ributkan, cukuplah dirimu untuk berfikir dan memberi perintah pada yang lainnya"
Otak : "Lantas apa yang akan kau lakukan?"
Hati : "Aku akan diam dan berteman akrab dengan sabar. Serta berharap penyakitku segera disembuhkan"
Otak : "Aku akan membantu mu sembuh dengan membagi pengetahuan"
Berpikirlah dengan pengetahuan dan ilmu, jika tak dapat juga kau jangkau maka biarkan lah hati mu yang memberi petunjuknya.
Otak dan hati tak dapat dipisahkan, satu sama lain saling membutuhkan..



Belajar Dari Keadaan..




Putus asa : "Tak tahu lagi harus berbuat apa"
Sabar : "Tak ada jalan yang buntu, semua ada jalan keluarnya"
Putus asa : "Jalan keluar selalu melalui jalan yang sama"
Sabar : "Berulang kali melalui jalan yang sama, membuat kita ingat dan hafal bagaimana melaluinya"
Putus asa : "Bagaimana akan teringat, jika jalan itu semakin membuat bingung"
Sabar : "Kebingungan muncul karena tidak adanya perhatian"
Putus asa : "Tak mungkin memperhatikan, sedangkan masalah terus datang dan jalan keluar selalu sama"
Sabar : "Perhatian tak akan terganggu oleh masalah, hanya diri saja yang tak mau untuk memperhatikan"
Putus asa : "Tak mampu, bagaimana mungkin melakukannya"
Sabar : "Mulai dari sekarang belajarlah untuk bersabar, karena setiap kesabaran akan dibukakan jalan"
Putus asa : "Ajarkan kesabaran, agar hilang segala keputusasaan"
Sabar : "Mulailah dengan menghilangkan segala keluhan"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar