Minggu, 17 April 2011

Penyakit, Perubahan, dan Rasa Syukur Akan Nikmat

Tak banyak yang mengkehendaki dirinya sendiri sakit. Siapa yang ingin sakit? Tentu semua akan menggelengkan kepalanya menandakan ketidaksukaan dan ketidakinginan untuk sakit. Namun sebenarnya sakit itu sebuah shock theraphy dan nikmat yang tidak semua orang dapat merasakannya. Tidak ada orang yang ingin menolak nikmat bukan? Namun ketika disangkutpautkan sakit dengan kenikmatan maka orang akan menganggap bagaimana bisa sakit itu menjadi sebuah nikmat? Bukankah sakit itu cobaan?! Ungkap sebagian yang lain.


Sebenarnya sakit itu adalah nikmat, nikmat bagi yang bersabar ketika sakit itu menghampirinya. Nikmat karena sakit itu sebagai jalan penghapus dosa. Untuk menguatkan sakit itu sebagai nikmat dapat kita ambil contoh kecil dan sederhana. Pernahkah anda sakit perut? Bagaimana bila anda tidak pernah mengalami sakit perut? Bisa anda bayangkan ketika ditengah keramaian tanpa ada reaksi dari perut yang menandakan dia sedang ingin membuang kotoran secara tiba-tiba kotoran itu keluar begitu saja. Tentu anda akan panik karena perut tidak memberi sinyal berupa sakit atau rasa mulas ke otak. Tentu anda akan segera pergi kerumah sakit atau ke dokter untuk mendiagnosa apa yang sedang terjadi pada anda. Anda mengharapkan sakit itu hadir kembali, karena tanpa anda sadari rasa sakit itu ternyata sebuah nikmat.


Sakit dapat membuat perubahan yang sangat berarti dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh saya menggambarkan diri saya ketika sakit paru-paru 2 tahun yang lalu. Ketika itu rokok masih menjadi sahabat bahkan menjadi kekasih setia saya setiap saat. Tiada tarikan nafas tanpa ada kepulan asap rokok yang turut serta didalamnya. Rokok bagai menjadi sebuah nafas bagi saya, seolah rokok itu teah menyatu dengan darah dan daging saya. Namun saat penyakit paru-paru mulai menggerogotin tubuh saya, kesadaran muncul membuat bagian otak saya yang tertidur selama ini bangun dan tersadar kembali. Kata-kata yang selama ini saya cemooh dan anggap angin lalu menjadi penampar buat diri saya sendiri. Bagaimana tidak ! Saya tidak pernah menganggap rokok itu sebagai sumber penyakit dan racun, malah saya menganggap rokok itu sebagai sumber inspirasi dan kenyamanan saya. Tapi fakta berkata lain, tubuh saya sendiri yang memberontak dan memberi ultimatum kepada saya untuk segera meninggalkan kebiasaan saya tersebut. Ya saya berubah dari seorang perokok yang aktif menjadi seorang yang membenci rokok. Kini terkena asapnya saja saya sudah tidak tahan dan merasa mual, sangat kontradiktif dari keadaan saya sebelumnya yang penuh asap. Perubahan itu berawal dari sakit, yang bagi saya sendiri sebagai sebuah kenikmatan.


Saya menulis postingan ini juga masih dalam keadaan sakit, ketika seminggu sebelumnya saya terkena demam tinggi dan radang tenggorokkan. Demam dan radang itu telah berlalu namun tergantikan oleh sakit yang baru. Tapi saya tetap menikmatin rasa sakit ini tanpa mengeluh panjang, sakit ini sedang membersihkan diri saya dari segala dosa yang pernah saya lakukan. Sakit ini juga telah mengubah pikiran saya, mudah-mudahan saya bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sakit, perubahan dan rasa syukur itu harus saya pertahankan. Sakit itu sebuah nikmat yang tak akan pernah tergantikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar